Penerapan
Komputasi Modern Pada Bidang Geologi
Pengertian Komputasi Modern
Komputasi
Modern berasal dari kata Komputasi, Komputasi adalah algoritma yang digunakan
untuk menemukan suatu cara dalam memecahkan masalah dari sebuah data input.
Data input merupakan masukan yang berasal dari luar lingkungan sistem.
Komputasi ini merupkan bagian perpaduan dari ilmu komputer dengan ilmu
matematika. Secara umum ilmu komputasi adalah bidang ilmu yang mempunyai
perhatian pada penyusunan model matematika dan teknik penyelesaian numerik
serta pengguna komputer untuk menganalisis dan memecakan masalah-masalah ilmu.
Komputasi
modern tersebut bisa disebut sebuah konsep sistem yang menerima
intruksi-intruksi yang disimpan dalam sebuah memori komputer. Pada saat kita
melakukan komputasi menggunakan komputer maka akan bisa dibilang komputasi
merupakan sebuah komputasi modern. Konsep ini pertama kali digagasi oleh John
Von Neumann (1903-1957). Dalam kerjanya komputasi modern menghitung dan mencari
solusi dari masalah yang ada, dan perhitungan yang dilakukan itu meliputi:
- Akurasi
- Kecepatan
- ProblemVolume Besar
- Modelling
- Kompleksitas
Implementasi Komputasi
modern pada bidang Geologi
Geologi
adalah Ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya, struktur, sifat-sifat
fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Bidang ini berbeda dengan ilmu
komputer (computer science), yang mengkaji komputasi, komputer dan pemrosesan
informasi. Dalam ilmu alam, pendekatan ilmu komputasi dapat memberikan berbagai
pemahaman baru, melalui penerapan model-model matematika dalam program komputer
berdasarkan landasan teori yang telah berkembang, untuk menyelesaikan
masalah-masalah nyata dalam ilmu tersebut.
Pada
bidang geologi teori komputasi biasanya digunakan untuk pertambangan, sebuah
sistem komputer digunakan untuk menganalisa bahan-bahan mineral dan barang
tambang yang terdapat di dalam tanah. Contohnya, Pertambangan dan
digunakan untuk menganalisa bahan-bahan mineral dan barang tambang yang
terdapat di dalam tanah.
Terdapat
jurnal Geologi yang menggunakan bantuan komputasi modern dalam melakukan
penelitiannya, jurnal tersebut berjudul :
Desain
Parameter Akusisi Seismik 3D Menggunakan Metode Statik dan Dinamik dengan Study
Kasus Model Geologi Lapangan “ITS”
Dalam
penelitian ini telah dilakukakan untuk menentukan desain parameter akusisi
seismic yang ideal dari target tertentu dari lapangangan “ITS” berdasarkan
model geologi yang telah dibuat sehingga akan didapatkan data seismic yang baik
yang akan memudahkan dalam pengolahan data (processing). Pada penelitian ini
menggunakan metode static yang meliputi pembuatan model geologi dengan
memperhatikan data geologi daerah setempat menggunakan software
Tesseral, pembuatan template menggunakan software Mesa Expert 12 dan
Processing data menggunakansoftware Omegauntuk mendapatkan hasil stack kemudian
dibandingkan antara hasil stack dengan model geologi awal yang telah dibuat.
Alat yang digunakan
Adapun
peralatan yang digunakan pada tugas akhir kali ini berupa software Messa Expert
12.00, software processing Omega dan software Tesseral.
Tahapan Penelitian
Model
geologi yang telah dibuat kemudian diolah menggunakan software Tesseral
Prosehingga akan didapatkan data berupa gather. Satu shot point akan
menghasilkan satu gather. Pada penembakan ini kita menggunakan variasi ukuran
jarak antar shotpoint dan frekuensi. Jarak antar shotpoint yang digunakan
adalah 50 meter dan 80 meter sedangkan variasi frekuensi yang digunakan adalah
10 Hz dan 23 Hz. Gather yang merupakan output Omega berupa stack. Hasil stack
kemudian dibandingkan menggunakan dengan model geologi yang dibuat. Apabila
antara hasil stack dengan model geologi awal sudah mirip maka dapat dikatakan
parameter yang telah di inputkan sudah tepat. Untuk memudahkan melakukan
simulasi survei seismik 3D, maka dalam membuat suatu parameter survei seismik
3D digunakan suatu Software Mesa Expert 12.00 yang dapat menghasilkan
parameter desain dari suatu survei seismik. Selain itu juga digunakan software
pendukung seperti Tesseral untuk membuat pemodelan geologi dan melihat
penjalaran gelombangnya, dan juga menggunakan Software Processing Omega untuk
melakukan pengolahan data sintetik.
Pembuatan model geologi
Asumsi geologi diperoleh
dari data lintasan seismic lama yang diinversi namun pada pengerjaan kali ini
tidak menggunakan data lapangan sehingga kita harus membuat model geologi
sederhana yang ideal. Model yang dibuat haruslah seideal mungkin agar
memudahkan kita dalam prosesing data.
Gambar
1. Penampang model geologi
Data Parameter Akusisi
Setelah
melalui proses perhitugan, didapatkan niali parameter akusisi sebagai berikut :
Pembuatan Template
Pada
gambar di bawah ini akan ditunjukkan posisi receiver dan source dengan jarak 50
meter dan 80 meter menggunakan konfigurasi penembakan symetrical spread split.
Pada jenis konfigurasi ini shotpoint berada di tengahtengah diantara receiver
yang secara keseluruhan berjumlah 128 buah. Pada gambar di bawah ini akan
digambarkan persebaran fold ketika menggunakan ukuran bin yang berbeda.
Gambar
2 Template penembakan ketika menggunakan binsize 25 meter
Gambar
3 Template penembakan ketika menggunakan bisize 40 meter
Pengolahan data seismik
Stack
dengan variasi jarak shotpoint
Gambar
4 Hasil stack menggunakan jarak shotpoint 50 meter dan
frekuensi
23 Hz
Gambar
5 Hasil stack menggunakan jarak shotpoint 80 dan frekuensi 23Hz
Pada
gambar 4 dan gambar 5 merupakan hasil stack yang menggunakan frekuensi 23 Hz
dengan variasi interval shotpoint 50 meter dan 80 meter. Pada saat menggunakan
interval shotpoint 50 meter dapat merekam setiap lapisan secara jelas
dibandingkan ketika menggunakan interval shotpoint 80 meter. Ketika menggunakan
interval shotpoint yang lebih pendek dibutuhkan lebih banyak jumlah shotpoint
sehingga persebaran fold akan dan S/N lebih baik pula. Oleh karena itu ketika
menggunanakan interval shotpoint 50 meter menghasilkan kualitas stack lebih
bagus dibandingkan ketika menggunakan interval shotpoint 80 meter.
Stack
dengan variasi frekuensi
Gambar
6 Hasil stack pada frekuensi 10 Hz dan jarak shotpoint 50 meter
Gambar
7 Hasil stack pada frekuensi 23 Hz dan jarak shotpoint 50 meter
Berdasarkan
teori gelombang seismik, semakin tinggi frekuensi yang diberikan akan semakin
baik pula gelombang tersebut dalam membedakan lapisan tipis. Oleh karena itu
hasil stack yang menggunkan frekuensi 23 Hz pada Gambar 7 batas perlapisannya
dapat terlihat dengan jelas. Pada Gambar 6 terlihat banyak reflektor bidang
bawah dan bidang atas yang bersatu menjadi reklektor tunggal sehingga
lapisannya terlihat tebal.
Kesimpulan
Dari
proses penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
Pembuatan
model geologi harus disesuaikan dengan kondisi geologi yang sebenarnya agar
parameter yang digunakan tepat
Indikasi
suatu parameter yang digunakan sudah tepat ketika hasil stack yang dihasilkan
sudah menggambar kondisi bawah permukaan bumi dengan baik sesuai dengan model
geologi yang telah dibuat sebelumnya
Saat
menggunakan frekuensi 10 Hz lapisan-lapisan yang sangat tipis tidak terlihat
sehingga beberapa lapisan terekam menjadi reflektor tunggal sedangkan frekuensi
23 Hz dapat mencitrakan lapisan-lapisan tipis dengan baik
Saat
menggunakan frekunsi 10 Hz dapat menggambarkan lapisan bawah permukaan lebih
baik dibandingkan ketika menggunakan frekuensi 23 Hz
Pembahan
jurnal diatas adalah menunjukan bahwa komputasi modern sudah diterapkan pada
bidang geologi, yaitu menggunakan software yang telah dijabarkan diatas untuk
melakukan pengolahan data untuk penelitian tersebut, yaitu pembuatan model
geologi dengan memperhatikan data geologi daerah setempat
menggunakan software Tesseral, pembuatan template menggunakan software
Mesa Expert 12 dan Processing data menggunakan software Omegauntuk
mendapatkan hasil stack sehingga memudahkan dalam menganalisis suatu pekerjaan
di bidang geologi. Untuk melihat jurnal tersebut lebih lanjut silahkan
klik disini.
No comments:
Post a Comment